Ayat Ruqyah - Ruqyah ialah
bentuk mufrad/tunggal yang bentuk jamaknya Merupakan ruqa, ruqyat dan
ruqoyat. Menurut bahasa ruqyah artinya at-ta’widz atau al
isti'adzah (memohon perlindungan). Sedangkan secara istilah ruqyah
ialah :
أَنْ يُسْتَعَانَ لِلْحُصُولِ عَلَى أَمْرٍ بِقُوًى تَفُوقُ القُوَى الطَّبِيعَةَ فِى زَعْمِهِمْ وَوَهْمِهِمْ
Diminta pertolongan agar tercapainya suatu urusan dengan kekuatan yang melebihi
kekuatan biasa dalam keyakinan dan sangka mereka. Almunjid : 276
Dengan demikian, ruqyah dapat berarti berlindung kepada Allah dari hal
buruk yang sedang atau akan terjadi termasuk doa meminta kesembuhan dari suatu
penyakit. Ruqyah dapat juga berarti jampi-jampi, mantera-mantera yang diucapkan
untuk maksud di atas.
Ruqyah dalam memohon pelindungan atau doa kesembuhan kepada Allah
swt. dapat dilakukan, diantaranya :
- Ruqyah Untuk yang Belum Terjadi - Rasulullah Saw. meruqyah kedua cucu beliau Hasan dan Husen.
- Ruqyah apabila singgah di sebuah rumah
- Disengat kalajengking lalu tidak dapat tidur semalaman
- Pada malam hari membaca dua ayat terakhir dari surat albaqarah.
- Mendatangi suatu tempat yang belum dikenali
- Ruqyah dengan Alfatihah.
- Ruqyah dengan surat- surat Almuawwidzat dan Doa-doa
- Ruqyah dengan doa :
Doa Ruqyah
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، وَاللهُ يَشْفِيكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ فِيكَ ، أَذْهِبِ البَأْسِ رَبَّ النَّاسِ إِشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ رواه أحمد 44: 404 رقم 26821 والنسائي 3 :253 رقم 10860 وابن حبان 7 :632 رقم 60639.Ruqyah dengan doa
بِاسْمِ اللهِ ثَلاثًا وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ رواه مسلم 2 :356 رقم 2202 والترمذي 4 :356 رقم 2080 وابن ماجه 4 :253 والنسائي 6 :349 رقم 10839
10. Ruryah Jibril untuk Nabi saw.
11. Berobat mengupayakan
kesembuhan itu ibadah.
Dari hadis-hadis tentang rukyah Nabi dan para sahabatnya jelaslah bahwa
ayat-ayat yang dibaca oleh Rasulullah saw. adalah ayat-ayat yang isinya memohon
perlindungan kepada Allah dan hanya Allahlah tempat bergantung. Pada Alfatihah
setelah memuji Allah, terdapat kata-kata iyyaka nastain demikian
pula pada surat al-ihkhlas terdapat kata-kata Allahush shamad,
dan pada surat Alfalaq serta Annas lebih jelas lagi sejak ayat pertama sampai
terakhir. Oleh karena itu membaca ayat-ayat ini dalam melakukan ruqyah tiada
lain kecuali doa atau memohon kesembuhan atau perlindungan kepada Allah, bukan
ayat-ayat itu sendiri yang memiliki kekuatan menyembuhkan penyakit yang sedang
diderita. Hal seperti ini lebih jelas dapat kita lihat pada sabda Rasulullah
saw. sebagai berikut:
لاَ بَأْسَ بِالرُّقَي مَالَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ رواه مسلم
Tidak mengapa melakukan ruqyah selama padanya tidak terdapat syirik. H.r.Muslim, Shahih Muslim, II:358, No.
2200
Oleh karena itu sebagaimana doa-doa dan permohonan perlindungan lainnya,
diijabah atau tidaknya ruqyah seseorang akan sangat bergantung pula kepada
keikhlasan dan kesalehan raqi (yang melakukan ruqyah) dan yang
diruqyahnya. karena ruqyah yang bertauhidullah merupakan pengejawantahan dari
sikap sabar dan tawakal. Termasuk mengartikan ijabah pada kemestiannya.
RUQYAH SYAR'IYYAH
Jika anda
sedang mendapatkan banyak masalah, problem yang membuat anda stess
janganlah panik. Anda harus melakukan relaksasi dengan mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Qur'an agar anda mendapatkan ketentraman juga obat
bagi hati yang sakit.
Sebab Allah Ta’ala berfirman :
Sebab, Allah Ta’ala berfirman :
Sebab Allah Ta’ala berfirman :
“Hai manusia! Telah datang nasihat dari Tuhanmu sekaligus sebagai obat bagi hati yang sakit, petunjuk serta rahmat bagi yang beriman.” (QS.Yuunus:57)Dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an Insya Allah anda akan mendapatkan semacam pencerahan hingga segala masalah anda akan teratasi dan akan terjadi reaksi penyembuhan jika fisik atau psikis anda terkena semacam penyakit. Dengarkanlah dengan baik Insya Allah anda akan mendapatkan pahala dan bacaan ayat-ayat ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah akan membuat hati anda tenang
Sebab, Allah Ta’ala berfirman :
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS.Ar Ra’d:28)Allah Ta’ala berfirman :
“Hai manusia! Telah datang nasihat dari Tuhanmu sekaligus sebagai obat bagi hati yang sakit, petunjuk serta rahmat bagi yang beriman.” (QS.Yuunus:57)
“....Katakanlah Muhammad,”Bagi segenap orang-orang yang beriman Al-Qur’an menjadi petunjuk dan juga obat.”(QS.Fushshilat:44).
AYAT AYAT RUKYAH
Surat Al Fatihahayat (1-7)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَالرَّحْمَنِ الرَّحِيمِمَالِكِ يَوْمِ الدِّينِإِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُاهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَصِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
Surat Al Baqarah ayat 1-5
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِالمذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَأُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَوَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Surat Al Baqarah ayat 102
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Waattaba'uu maa tatluusy-syayaathiinu 'ala mulki sulaimaana wamaa kafara sulaimaanu walakinnasy-syayaathiina kafaruu yu'allimuunan-naasassihra wamaa unzila 'alal malakaini bibaabila haaruuta wamaaruuta wamaa yu'allimaani min ahadin hatta yaquulaa innamaa nahnu fitnatun falaa takfur fayata'allamuuna minhumaa maa yufarriquuna bihi bainal mar-i wazaujihi wamaa hum bidhaarriina bihi min ahadin ilaa biidznillahi wayata'allamuuna maa yadhurruhum walaa yanfa'uhum walaqad 'alimuu lamaniisytaraahu maa lahu fii-aakhirati min khalaaqin walabi-asa maa syarau bihi anfusahum lau kaanuu ya'lamuun(a)
"Dan mereka mengikuti, apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan, pada masa kerajaan Sulaiman, (dan mereka mengatakan, bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia, dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun, sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya, kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami), dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat, dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan ijin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya, dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah menyakini (sebelumnya), bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka, menjual dirinya sendiri, dengan sihir, kalau mereka mengetahui." – (QS.2:102)
Surat Al Baqarah ayat 163-164
* وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Wailahukum ilahun waahidun laa ilaha ilaa huwar-rahmanur-rahiim(u)*Inna fii khalqis-samaawaati wal ardhi waakhtilaafillaili wannahaari wal fulkillatii tajrii fiil bahri bimaa yanfa'unnaasa wamaa anzalallahu minassamaa-i min maa-in faahyaa bihil ardha ba'da mautihaa wabats-tsa fiihaa min kulli daabbatin watashrii-firriyaahi wassahaabil musakh-khari bainassamaa-i wal ardhi li-aayaatin liqaumin ya'qiluun(a)
"Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah, melainkan Dia, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang." – (QS.2:163)"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut, membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu, Dia hidupkan bumi, sesudah mati (kering)-nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." – (QS.2:164)
Surat Al Baqarah Ayat 255
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allahu laa ilaha ilaa huwal hai-yul qai-yuumu laa ta'khudzuhu sinatun walaa naumun lahu maa fiis-samaawaati wamaa fiil ardhi man dzaal-ladzii yasyfa'u 'indahu ilaa biidznihi ya'lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum walaa yuhiithuuna bisyai-in min 'ilmihi ilaa bimaa syaa-a wasi'a kursii-yuhus-samaawaati wal ardha walaa ya-uuduhu hifzhuhumaa wahuwal 'alii-yul 'azhiim(u)
"Allah, tidak ada Ilah, melainkan Dia, Yang Hidup kekal, lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya, apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa ijin-Nya?. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi, lagi Maha Besar." – (QS.2:255)
Surat Al Baqarah Ayat 285-286
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Surat Ali Imran Ayat 18-19
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُإِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَاب
Manusia merupakan mahluk Allah swt. yang mempunyai dorongan untuk hidup sehat,
terbebas dari keluhan, dan terhindar dari mara bahaya. Demikian pula selalu
berkeinginan hidup senang dan serba mudah.
Pada masa jahiliyah telah dikenal istilah rukyah, yaitu salah satu upaya
atau cara yang ditempuh berdasarkan aqidah mereka untuk menyembuhkan yang sakit
atau agar terhindar dari marabahaya. Demikian pula halnya dengan memimta
pertolongan kepada bangsa jin. Khususnya di Indonesia, masyarakat yang pada
awal kedatangan Islam hidup dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, tentu
saja akidah syirik ini melahirkan berbagai kepercayaan mistik menyangkut
hal-hal gaib. Landasan tahayyul yang dihiasi dengan cerita-cerita khurafat, dan
selanjutnya menumbuhkembangkan perbid’ahan-perbid’ahan dalam segala aspek
kehidupan. Maka berhala-berhala, dukun-dukun, jimat-jimat, jampi-jampi,
mantera-mantera merupakan bagian kehidupan masyarakat yang tak
terpisahkan.
Sekarang, pada saat tekanan krisis multi demensi tak kunjung melemah, hal
ini semakin meningkatkan intensitas permasalahan hidup, dan tak urung masalah-masalah
pun semakin kompleks. Kesibukan, persaingan bisnis, pekerjaan, jabatan, sampai
kehilangan mata pencaharian, dan makin bertambahnya pengangguran. Belum lagi
tayangan-tayangan yang dikaitkan dengan makhluk-makhluk gaib, lalu
bermunculannya senetron-sinetron yang bermaterikan tangisan, pertengkaran,
kemewahan dan kemaksiatan, serta kriminal. Yang tak mau kalah bersaing dengan
sinetron-sinetron atas nama Islam dengan materi kemusyrikan, khurafat,
tahayyul, dan bid’ahnya, semakin menumbuhsuburkan kebingungan masyarakat
terhadap kebenaran. Yang jelas, itu semua menambah beban dan tekanan-tekanan
hidup. Apalagi dengan terjadinya berbagai bencana alam dan munculnya
jenis-jenis penyakit, kuman dan virus.
Keadaan di atas, sungguh merupakan lahan yang teramat subur untuk
kembalinya manusia ke alam kejahiliyyahan secara akidah, ibadah dan muamalah.
Dalam pada itu muncullah orang-orang pintar dengan pengakuan banyak tahu hal
gaib, hal yang telah dan akan terjadi. Bahkan untuk membebaskan masyarakat dari
segala masalah termasuk penghapusan dosa. Yang lebih membingungkan umat,
justru karena yang muncul itu banyak menamakan dirinya ustaz, kiai, atau gelar
lainnya. Sehubungan dengan itu kita kaji kembali hakikat rukyah syar’iyyah,
sehingga apa yang kita lakukan dalam upaya kesembuhan dan lain sebagainya
senantiasa berada dalam jalur yang diridai Allah swt.
Ruqyah yang Dilarang serta Tamimah.
Ruqyah yang dilarang adalah ruqyah yang padanya ada syirik.
Telah terbiasa dikalangan jahiliyyah untuk meruqyah dalam menangkal atau
mengobati sesutu penyakit, mereka mengantungkan harapan kepada jampi-jampi itu
sendiri, kepada berhala, jin dan syetan, mereka berkeyakinan bahwa jin
mempunyai kekuatan untuk menangkal penyakit, bahaya, dan hal-hal lain yang
ingin dihindari atau disembuhkan.
Terkadang orang-orang jahiliyyah berlindung kepada sesuatu yang sebenarnya
tidak ada, tetapi dengan tahayul mereka seolah sesuatu itu merupakan makhluk
gaib yang ada dan dapat memberikan perlindungan. Seiring dengan munculnya
khurafat-khurafat atau cerita-cerita gaib dari orang yang tidak bertanggng
jawab, yang pada waktunya menyebar di kalangan masyarakat. Jelas ruqyah seperti
ini penuh dengan syirik dan dalam prakteknya senantiasa diikuti adanya
tamimah. Keyakinan dan cara ini jelas merupakan pilihan kaum atau
masyarakat jahiliyah. Oleh karena itu Rasulullah saw. melarangnya, beliau
bersabda :
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَالَةَ شِرْكٌ
Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan guna-guna adalah syirik H.r, Abu Daud, Sunan Abu Daud, juz 3, hal.
224, No. 2883 dan Ibnu majah, Sunan Ibnu Majah, IV:128, No. 3530
Bahkan beliau mengancam orang yang melakukannya dengan sabdanya:
مَنِ اكْتَوَى أَوِ اسْتَرْقَى فَقَدْ بَرِئَ مِنَ التَوَكُّلِ رواه الترمذي
Barang siapa mencos (menandai badannya dengan besi panas) atau
meruqyah, maka ia telah melepas diri dari tawakal. H.r. At-Tirmizi, Sunan at-Tirmidzi,
IV:344, No. 2055
Diceritakan bahwa Ibnu Masud mendapatkan istrinya berkalungkan sesuatu yang
telah diberi jampi-jampi oleh seorang nenek-nenek Yahudi. Sebagaimana yang
dialami olehnya, rasa sakit pada matanya hilang. Yang dilakukan oleh istri Ibnu
mas'ud ini selain ruqyah juga tamimah. Ibnu Masud mengatakan bahwa yang
demikian itu perbuatan dan dorongan setan.
Masih terjadi seorang pedagang yang ingin beruntung, menyimpan sesuatu di
tempat penjualannya sebagai jimat. Petani yang ingin tanamannya subur dan tidak
diganggu oleh hama, ia menanam jimat disudut-sudut pematang sawahnya.
Orang-orang yang dianggap intelek menanamkan kepala kerbau lalu memecahkan
kendi yang telah diberi air dan bunga-bungan yang telah dijampi oleh orang
pintar agar bangunan yang diresmikan itu kuat dan tidak mudah roboh.
Menggantungkan ayat-ayat di pintu-pintu atau tempat-tempat khusus lainnya agar
pengisi rumah tidak digoda syetan atau diganggu jin. dan lain sebagainya yang
seperti itu. Maka jelaslah perbuatan itu justru mengundang setan dan meminta
bantuannya.
Maka bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tentulah
mendahulukan kesehatan dan keselamatan aqidah. Masalah apapun yang dihadapi
tentu tidak akan mengorbankan aqidah demi kesehatan jasmaninya atau keuntungan
duniawi lainnya.
Jenis Penyakit Yang Diruqya
Di dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa Ruqyah hanya dapat dilakukan pada
jenis-jenis penyakit tertentu saja.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ : رَخَّصَ رُسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الرُّقْـيَـةِ مِنَ العَيْنِ وَالـحُمَةِ وَالنَّمْلَةِ رواه أحمد و مسلم والترمذي
عَنْ أَنَسٍ قَالَ : رَخَّصَ رُسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الرُّقْـيَـةِ مِنَ العَيْنِ وَالـحُمَةِ وَالنَّمْلَةِ رواه أحمد و مسلم والترمذي
Dari Anas, ia mengatakan,”Rasulullah saw memberikan rukhshah tentang ruqyah
pada penyakit ain (tilik mata), alhumah (disebabkan binatang berbisa, dan
annamlah (cacar). H.R.
Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, 19, hal 212 No 12173, Muslim,
Shahih Muslim II:357, No. 2196 dan At-Tirmidzi, Sunan
at-Tirmidzi, IV:344, No. 2056
Keterangan :
Penyakit Al’ain adalah penyakit yang ditimbulkan oleh
pandangan manusia yang jahat. Alhuma adalah penyakit yang ditimbulkan
oleh racun atau bisa binatang. Sedangkan An-Namlah adalah cacar.
Demikian pula ketika Aisyah Umul mu’minin ditanya mengenai ruqyah beliau
menjawab:
رَخَّصَ رُسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ِلأأَهْلِ بَيْتٍ مِنَ الأَنْصَارِ فِي الرُّقْـيَـةِ مِنْ كُلِّ ذِي حُمَةِ – رواه مسلم
Rasulullah saw. memberikan rukhshah untuk ahli bait dari kaum Anshar
tentang ruqyah karena setiap sengatan atau patukan binatang berbisa” - H.R.Muslim, Shahih Muslim, II:356, No. 2193
Sedangkan di dalam riwayat lain oleh An Nasai masih dari Aisyah, beliau
hanya menerangkan satu macam penyakit saja:
أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ أَنْ أَسْتَرْقِيَ فِي العَيْنِ رواه النسائي
Rasulullah saw memerintah aku untuk meruqyah disebabkan penyakit ‘ain, H.r. An-Nasai, Sunan an-Nasai, IV:365, No. 7536
Hadi-hadis rukhshah tentang ruqyah untuk penyakit-penyakit yang tersebut di
atas juga diriwayatkan oleh mukharrij-mukharij lainnya. Jika diperhatikan
secara selintas, kata-kata Rusulullah saw memberikan rukhshah pada jenis-jenis
penyakit yang tersebut di atas seolah-olah membatasinya dengan itu, sehingga
ada yang beranggapan tidak boleh dilakukan ruqyah apabila disebabkan penyakit
lainnya, apalagi jika diperhatikan keterangan-keterengan di bawah ini.
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ الترمذي
Dari Buraidah, ia mengatakan,”Telah bersabda Rasulullah saw,’Tidak ada
ruqyah kecuali disebabkan ain atau humah” H.R At Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IV:245 No. 2057
Sedangkan Albukhari meriwayatkannya secara mauquf (keterangan dari Imran
bin Hushain sendiri)
Oleh karena itu perlu diterangkan secara lebih terperinci dan ditemukan
jalan keluar dari hadis-hadis yang tampak bertentangan ini.
Secara selintas hadis-hadis ini bertentangan. Di satu sisi Rasulullah
membatasi hanya dua yaitu A’in dan huma, di sisi
lain beliau memberi keringanan pada tiga yaitu ‘ain, huma dan namlah,
apalagi riwayat-riwayat lain menerangkan bahwa Rasulullah saw meruqyah dan
memerintahkan ruqyah pada penyakit yang disebabkan oleh selain yang tersebut di
atas. Seperti meruqyah orang yang gila yang dilakukan oleh pamannya Kharijah
bin Ash-Shalt, ia telah meruqyahnya dengan Al Fatihah, lalu ruqyah untuk sakit
kepala dan penyakit-penyakit lainnya.
Oleh karena itu mesti didapatkan thariqatul jam’i antara
hadis-hadis yang bertentangan tersebut. Sehubungan dengan itu Imam an-Nawawi
mengatakan, ”kata-kata rokkhasho dan laa ruqyata bukan
mengkhususan kebolehan pada tiga penyakit ini saja, tetapi maknanya adalah (Nabi
ditanya tentang ketiga perkara ini, maka beliau mengijinkannya, dan jika beliau
ditanya tentang meruqyah disebabkan penyakit lainnya tentulah akan
mengijinkannya pula, buktinya beliau telah mengijinkan untuk yang lainnya dan
beliau sendiri melakukan ruqyah pada selain dari tiga ini” Syarah
Muslim an Nawawi, XIV : 148
Ibnu Qoyim Al-Jauziyah mengatakan: ”Jika dikatakan apa jawabnya tentang
hadis yang diriwayatkan Abu Daud - Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan ‘ain dan
humah- maka jawabnya adalah ‘nukan dimaksudkan meniadakan bolehnya ruqyah pada
yang lainnya, tetapi maksudnya tidak ada ruqyah yang lebih utama dan bermanfaat
dari pada disebabkan ‘ain dan humah” Zadul Ma’ad,IV: 175
Demikian pula komentar-komentar imam-mam yang lain. Seperti Muhamad Syamsul
Haq pada ‘Aunul ma’bud, X:369.
Dengan demikian Tidak ada batasan tentang bolehnya meruqyah pada
penyakit-penyakit selama maksudnya al ‘audzah (memohon)
perlindungan kepada Allah alias berdoa.
Kesimpulan :
- Ruqyah dalam arti doa atau permohonan dan melindungkan diri dengan kalimat yang mansus atau susunan sendiri hukumnya boleh
- Ruqyah dalam arti jimat dan jampi-jampi dengan menggunakan ayat Alquran atau lainnya adalah syirik.
(Di kutip dari : doa-qunut.com)
Baca Juga :Demikian pembahasan mengenai Ayat dan doa ruqyah yang dapat admin sampaikan pada kesempatan kali ini, Semoga Bermanfaat dan mohon maaf bila ada kata atau penulisan yang salah, Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat .